Minggu, 21 Maret 2010

Pentas-pentas yang pernah dilakukan Sanggar Seni Metta Budaya dapat disebutkan di bawah ini:

a) Pentas tari Gambyongb) Pementasan dramatari Dhandhanggendhis di Teater Arena Taman Budaya Surakarta pada 21 Agustus 1989.
c) Mengikuti festival dramatari tingkat Jawa Tengah mewakili Kota Surakarta pada 29 Agustus 1989 di Purworejo dengan menyajikan cerita Dhandhanggendhis dan mendapatkan penghargaan penyaji garapan terbaik, susunan iringan terbaik, sutradara terbaik, dan pemeran pria terbaik.
d) Pada 21 September 1989 mengikuti Festival Wayang Wong Panggung Amatir tingkat nasional dengan mementaskan lakon Begawan Ciptaning bertempat di gedung Wayang Orang Sriwedari Surakarta dan mendapatkan penghargaan sebagai juara harapan I serta pemeran pria terbaik.
e) Tanggal 3 dan 4 Maret 1990 merintis hubungan dengan Taman Mini Indonesia Indah Jakarta dengan mementaskan tari Gambyong Gaya Mangkunagaran, Srimpi sangapati, Wahyu Kencana, dan dramatarei Dhandhanggendhis, dan ketoprak. Pentas dilakukan di Anjungan Jawa Tengah.
f) Tanggal 29 dan 30 Desember 1990 mementaskan tari kreasi baru Kemilau Senja, dalam rangka Festival Tari Kreasi Baru se - Jawa Tengah dan mendapatkan penghargaan sebagai Juara II.
g) Dalam Festival Karaton Nusantara 1991, dari tanggal 8 s/d 28 September 1991 Sanggar Seni Metta Budaya mengisi poementasan baik di Kota Surakarta mau pun di Kota Yogyakarta. Sajian yang dipergelarkan berturut-turut tari Topeng Kusumadilagan, Gelar Seni Rakyat Prajuritan, dramatari Sumantri Lena, dan Kirab Ageng Prajurit Karaton.
h) Tanggal 24 Nopember 1991 Sanggar Seni Metta Budaya mengadakan Pesta Seni Anak-anak dengan menampilkan 13 repertoar tari dan diakhiri parade pementasan wayang oleh 3 orang dalang cilik.
i) Sebelumnya (tanggal 19 Mei 1991) Sanggar Seni Metta Budaya mengadakan parade tari anak se - Jawa Tengah yang diikuti oleh 10 sanggar tari dengan menampilkan 25 repertoar tari.
j) Kegiatan pentas pada butir h) dan i) selanjutnya menjadi tonggal keterlibatan anak-anak pada kegiatan pentas selanjutnya. Di antaranya adalah pada 2 Januari 1992 mengadakan pentas dramatari Ramayana kolosal anak-anak melibatkan 120 orang di Kota Sragen.
k) Tanggal 11 Juli 1993 mengadakan pentas Eksibisi Dolanan Anak-anak Taman Mini Indonesia Indah dengan melibatkan pemain 230 orang anak. pentas ini bekerja sama dengan SD Panguldi Luhur Surakarta.
l) Sepulang dari eksibisi di Jakarta dilanjutkan pentas untuk pembukaan Festival Mainan Anak-anak Indonesia 1993di Pura Mangkunagaran Surakarta. Pada kesempatan ini keluarga besar Sanggar Seni Metta Budaya berpartisipasi . Para pelatih terlibat menjadi panitia festival, para siswa bertugas mengisi acara festival, dan para orang tua siswa membantu kelancaran kegiatan. Pada acara ini Sanggar Seni Metta Budaya menampilkan Dolanan Anak-anak Tradisonal Jawa sebagai wakil kontingen dari Kota Surakarta dan mendapat penghargaan dari Ibu Negara, Ibu Tien Soeharto, termasuk dalam 5 penyaji terbaik.
m) Tes Materi Kenaikan tingkat yang diadakan rutin setiap periode pengajaran (empat bulan sekali) selalu dilakukan karena dipandang sebagai bentuk apresiasi seni bagi siswa dan masyarakat sekaligus membekali para siswa ilmu penguasaan panggung meskipun dalam bentuk sederhana. Kegiatan ini masih berlangsung sejak kepelatihan bertempat di Bangsal Prangwedanan Pura Mangkunagaran kemudian pindah di nDalem Joyosuman Gajahan, kemudian pindah di Gedung Dinas Perburuhan Kota Surakarta, sampai dengan sekarang kepeltaihan bertempat di Joglo Mandala Wisata Taman Sriwedari Kota Surakarta.
n)Tanggal 15 November 1993 mengisi di TVRI Yogyakarta dalam program tari-tarian. Menampilkan komposisi tari karya Dwijaya Syaifil Munir - salah satu pelatih Sanggar Seni Metta Budaya - dengan judul Wudhar, serta menyajikan 4 tari bentuk tradisi yaitu Tari Wiraguna Wiragembos, Adaninggar Kelaswara, Jaka Puring, dan Gunung Sari.
o)Tanggal 20 Januri 1994 siaran di TVRI Yogyakarta dengan menampilkan Dolanan Bocah Indonesia 1994 melibatkan 48 penari. Karya ini dikerjakan bersma dengan Sanggar Sarotama.
p)Shooting di TVRI Yogyakarta pada tanggal 16 Pebruari 1994 dengan tema Dolanan Anak-anak Tradisonal untuk mengisi acara paket lebaran yang penyangannya pada tanggal 9 Maret 1994 pukul 15:00 WIB.
Dan masih banyak pengalaman pentas lainnya baik di tingkat lokal/daerah, nasional maupun internasional.

APRESIASI

Apresiasi pada dasarnya adalah penghargaan atas sebentuk karya. Bentuk yang paling baik dari penghargaan itu adalah menikmati dan menghayatinya. Dengan begitu seorang penikmat, penghayat dapat meraskan keindahan suatu karya baik dilihat dari segi bentuk mau pun isinya. Apresiasi berguna untuk memacu dihasilkannya karya yang bermutu, mendorong seseorang untuk mampu menghayati suatu karya, dan melatih ketajaman menilai suatu karya.
Kegiatan apresiasi sebagai kegiatan yang penting, tidak dijadwalkan secara khusus tetapi dilakukan setiap hari baik pada waktu sedang menari maupun pada waktu sedang melihat orang menari atau jenis kesenian yang lain.

Dalam jangka panjang Sanggar Seni Metta Budaya telah merancang program dalam mewujudkan suatu lingkungan yang memiliki ciri khas suasana anak-anak. Diharapkan suasana anak-anak dapat dijadikan tempat hiburan bagi anak-anak sekaligus mendidik mereka tanpa melupakan unsur kegembiraan sebagai ciri khas dunia anak-anak. Program ini belum sempat terlaksana mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar.

Penelitian

Tujuan utama penelitian yang direncanakan oleh Sanggar Seni Metta Budaya adalah menambah repertoar pementasan. Di samping itu juga untuk menggali khasanah kesenian yang sudah semakin langka sehingga dapat turut serta dalam upaya pelestarian budaya khusunya kesenian. Yang juga penting adalah mengungkapkan kandungan nilai-nilai di dalamnya yang pada intinya membantu mengiterpretasikan suatu jenis kesenian.
Penelitian secara besar-besaran dengan melibatkan suatu pengorganisasian yang baik memang belum dilakukan oleh Sanggar Seni Metta Budaya oleh karena membutruhkan biaya yang sangat besar. Diharapkan dimungkinkan diadakan penelitian seperti itu.

Pengembangan

Dalam rangka memperluas jaringan, Sanggar Seni Metta Budaya selalu mengiklankan diri baik dengan cara konvensional maupun digital. iklan secara konvensional kami lakukan dengan cara - mengajak para siswa untuk menceritakan tentang sanggar tempat latihan dirinya. Sedangkan digital baru kita rintis pada tahun ini dengan memanfaatkan media internet, dengan alamat e-mail: mettabudaya@gmail.com dan blog: mettabudaya.blogspot.com, atau juga dapat dilihat dengan mengetikkan di kotak addres Google: Sekilas Sanggar Seni Metta Budaya.

Struktur Organisasi

Untuk periode kepemimpinan mulai tahun 1997 s/d sekarang susunannya sebagai berikut:

Ketua : Joko Sudiyono
Sekretaris : Ari Satriya Wibawa
Bendahara : Denok Sriwahyuni
Koordinator Kostum :
Sri Lestari Purnawirastri, S.Sn.
Suparti
Tim Pelatih : Joko Sudiyono Ari Satriya Wibawa
Dwi Jaya Syaifil Munir, S.Sn. Widyo Dono Kuncoro
Sri Lestari Purnawirastri, S.Sn. Suparti
Denok Sriwahyuni Lilis Suprapti
Patmiyati, S.Sn.

Sabtu, 06 Maret 2010

PROFILE SANGGAR SENI METTA BUDAYA SURAKARTA


LANDASAN PIJAK



1. Tinjauan Umum

Situasi setiap bangsa senantiasa ditentukan oleh pengalaman-pengalaman sejarahnya di masa lampau, persoalan-persoalan yang dihadapi di masa kini, dan harapan-harapannya mengenai hari depan. Dalam kerangka berpikir ini pertama-tama kita dihadapkan pada adanya berbagai lingkungan budaya yang masing-masing mempunyai sifat dan ciri tersendiri. Adanya keanekaragamn kebudayaan di dalam lingkungan kebangsaan Indonesia telah memberikan kepada bangsa Indonesia kekayaan pernyatan budaya yang berlimpah seperti diisyaratkan oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Demikianlah kuatnya rasa relatifitas dan toleransi bangsa kita.
Kebudayaan regional yang kita miliki masing-masing merupakan cara-cara bangsa Indonesia menghadapi persoalan-persoalannya di masa lampau, termasuk yang timbul dari pertemuannya dengan budaya asing. Kita telah belajar banyak dari sejarah akan besarnya pengaruh asing, tetapi kita juga telah membuktikan kebesaran bangsa Indonesia dalam mencernakan pengaruh asing itu.
Munculnya bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa merdeka telah membawa kita kembali berhadapan dengan persoalan baru dan kebudayaan asing yang baru pula. Di samping itu telah timbul di dalam hati kita tekad yang kuat untuk menjadi suatu masyarakat yang adil dan makmur pada tingkat kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan itu mau tidak mau diperlukan suatu upaya yang terpadu dari seluruh lapisan masyarakat dengan arah yang sudah tertentu. Setiap orang, kelompok, ataupun lembaga harus secara sungguh-sungguh mengembangkan dirinya menurut kedewasaan berpikir masing-masing sesuai jati diri bangsa Indonesia.

2. Tinjauan Khusus

Telah kita ketahui bersama bahwa kesenian menempati peranan penting dalam kebudayaan Indonesia. Dengan alasan melangsungkan kesinambungan sejarah (historical continued) bangsa kita, maka kita tidak perlu mengurangi peranan itu. Justru yang diperlukan adalah meningkatkan peranan itu pada masa kini dan masa yang akan datang. Untuk mewujudkan tekad itu perlu ditingkatkan kedekatan hubungan antara kesenian, seniman, dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan kesenian akan menjalin dan mempererat hubungan antara kesenian, seniman, dan masyarakat. Frekuensi keterlibatan kesenian yang memadai menyediakan kemungkinan bagi tumbuh suburnya perkembangan kesenian yang pada gilirannya akan menghidupkan suasana berkebudayaan nasinal. di lain pihak dapat dibina pula persaudaraan di antara semua pihak yang mendukungnya.
Sanggar Seni Metta Budaya sebagai kelompok kesenian yang dalam hal ini berdiri sebagai kelompok orang-orang yang menjalin hubungan dengan landasan kesenian khususnya tari tradisi, berusaha sekuat kemampuan untuk berperan aktif dalam upaya seperti tersebut di atas. Sedangkan dalam pelaksanaannya hendak dicapai kemajuan dalam hubungan antarindividu dan juga kesenian itu sendiri, yang dalam kaitan ini adalah seni tari tradisi Jawa. SEcara khusus yang dimaksud hubungan antara pengurus sanggar, pelatih, siswa (yang terdiri atas anak-anak), orangtua/wali siswa, dan seluruh pihak yang berhubungan dengan sanggar baik secara langsung maupun tidak langsung. Diharapakn bahwa kesenian Jawa menjadi kegiatan yang sangat positif dalam rangka menjalin persaudaraan yang lebih luas.

TUJUAN KEGIATAN

Dalam menjalankan kegiatan sebagaimana digariskan, Sanggar Seni Metta Budaya mempunyai tujuan:
  1. meningkatkan persaudaraan ke lingkup yang lebih luas.
  2. pelestarian budaya sebagai salah satu semangat Sanggar Seni Metta Budaya mendapat dukungan dari kalangan luas.
  3. menciptakan suasana berkesenian yang mendukung terbentuknya kepribadian pendukungnya yang diharapkan berpengaruh bagi terbentuknya kepribadian bangsa.
PROGRAM KERJA

Program-program yang selama ini dijalankan dan menjadi semacam garis-garis kebijaksanaan, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Latihan Rutin
Latihan rutin bertujuan mengakrabkan seseorang dengan medium dan teknik yang menjadi sarana utama suatu jenis kesenian. Dalam tari tradisi Jawa sebagaimana diketahui, latihan mempunyai kegunaan bermacam-macam. Salah satu ciri tari tradisi ialah terdapatnya banyak aturan dan patokan. Latihan yang kurang memadai tidak memungkinkan penguasaan teknis seperti hasta sawanda, patrap beksa, dan sebagainya. Penguasaan segi-segi teknis dan medium hanya dapat dicapai dengan latihan yang cukup. Inilah sebabnya mengapa latihan rutin dikatakan sebagai tulang punggung hidup suburnya seni tari.
Yang sudah berlangsung, latihan rutin diselenggarakan tiga kali seminggu ialah hari Selasa, Rabu, dan Jumat. Seluruh murid yang berjumlah kurang lebih 200 orang dibagi dua. Separoh yang pertama berlatih pada hari Selasa dan separoh lagi pada hari Rabu. Pada hari Jumat seluruh siswa berkumpul untuk latihan bersama. waktu latihan juga dibagi dua untuk setiap harinya. Sesi pertama dimulai pukul 14.30 dan berakhir pada pukul 16.00 wib., sedangkan sesi kedua dari pukul 16.00 hingga 17.30 wib.

2. Pementasan
Rangkaian dari latihan adalah pementasan, karena pementasan menjadi salah satu tujuan latihan. Oleh karena itu frekuensi pementasan ikut menentukan frekuensi latihan. dalam pementasan, korelasi antara medium pokok dan medium bantu lebih dapat dirasakan. Selain itu jaringan penyelenggaraan pementasan seperti tata pentas, tata kerja produksi dan unsur-unsur pendukungnya sekaligus menjadi pendukung suasana berkesenian. Sejarah berdirinya Metta Budaya justru dimulai dari pementasan-pementasan. Selanjutnya pementasan terus dilakukan baik memenuhi permintaan lembaga/perseorangan maupun atas inisiatif sendiri.